By Ridi F Khan
Edited By
Kezia maharani
` Indonesia adalah negara yang kaya
akan seni budaya, termasuk seni beladiri. Namun, ketika kita ditanya jenis
beladiri apa saja yang merupakan asli milik negeri ini, orang pasti akan
kesulitan dalam menjawab. Satu-satunya seni beladiri yang terbesit dalam
pikiran hanyalah pencak silat. Nyatanya, negeri ini memiliki ragam seni
beladiri lain selain pencak silat. Salah satunya adalah mossak, seni beladiri
asli Sumatera Utara yang kini kian terlupakan.
Berman HS dan penerbit Uwais bekerja
sama menerbitkan sebuah buku bergenre conspiracy thriller mengenai seni
beladiri ini. Melalui buku ini, Berman HS ingin memperkenalkan sebuah beladiri
kuno asli Sumatera Utara yang perlahan hilang di comot-comot zaman.
Mossak sendiri merupakan beladiri
kuno asli suku Batak dan dikenal sebagai beladiri yang memiliki kebatinan.
Sehingga, tidak sembarangan orang boleh mempelajarinya.
Seiring waktu berjalan, para leluhur
suku Batak tidak ada yang berani menurunkan ilmu mossak kepada penerusnya
karena kekhawatiran akan mempengarhi kepercayaan mereka terhadap Sang Maha
Pencipta. Akibatnya, hingga saat ini, beladiri tersebut tidak lagi banyak
diketahui. Tidak ada generasi muda yang mengenal mossak sebagai beladiri lagi.
Mossak menghilang tanpa jejak di tanah Batak.
Dalam
bukunya yang berjudul Mossak (Beladiri yang Memusnahkan Manusia berkarat dari
Tanah Riau), Berman bercerita tentang seseorang bernama Gin yang menguasai
tanah Riau karena jabatnnya dan keahliannya dalam beladiri Mossak dengan jurus
haliang bogas. Jurus ini sendiri adalah sebuah jurus yang dapat membuatnya
menjadi manusia “berkarat” nan kuat.
Meskipun
Gin telah memanfaatkan keahliannya untuk menyiksa penduduk Riau dan menguasai
wilayahnya, ia masih merasa kurang. Ia pun membuat Van Bolon, seorang warga
pribumi yang sudah terbukti kemampuan beladirinya, masuk kepenjara.
Hal
ini dilakukan Gin bukan tanpa alasan. Ia ingin sekali mengikuti sebuah judi
online yaitu pertaruhan tinju bebas illegal yang dilakukan di penjara. Karena
ia tidak ingin masuk penjara, Gin memanfaatkan Van Bolon untuk masuk penjara
agar ikut dalam turnamen tinju bebas illegal tersebut.
Berbagai
konflik Van Bolon hadapi di dalam penjara. Ia harus menahan rasa sakit akibat sering
bertanding di dalam penjara. Ditambah pula, ia harus memikirkan istrinya yang
sedang mengandung di rumah. Satu-satunya cara agar Van Bolon bisa melihat
istrinya lagi adalah menjuarai turnamen tinju bebas ini.
Berman
HS bukan seorang penulis terkenal. Namun, ia dengan berani-nya membuat novel
bertemakan beladiri yang tidak diketahui oleh masyarakat luas. Melalui buku ini
pula, berman mencoba menerapkan prosedur menulis dan berbahasa dalam tulisan yang baik dan benar.
Dalam
buku keenamnya ini, Berman berani mengeluarkan dan bermain dengan ide-ide
gilanya. Terbukti dari ceritanya yang tidak monoton tentang mossak saja.
Terdapat pula kesenian beladiri lainnya seperti pencak silat, karate, hingga
kungfu dalam novel ini.
Dengan
alur yang terus naik-turun, Berman mampu membuat pembaca seperti sedang naik di
roller caster. Perasaan tegang, sedih, penasaran, dan gregetan pun bercampur
aduk. Perasaan ini ditimbulkan dari konflik yang dibangun, hingga membuat para
pembaca penasaran dengan kelanjutan ceritanya.
Hal
menarik dalam novel ini adalah di mana Berman menyelipkan penjelasan mengenai
istilah karate dan bahasa daerah. Misalnya, marsiranggut yang artinya gulat
bebas. Sebagai guru dan pelatih, melalui buku ini, Berman juga ingin
menyampaikan ilmu pengetahuan ini kepada masyarakat luas.
Selain
penulisan yang unik, Berman juga mencoba bermain dengan pembacanya. Ia pun
“menipu” pembacanya dengan kisah dan pengemasan yang menarik. Meski demikian,
novel ini tak luput dari kekurangan. Di akhir cerita, misalnya, kala Berman
ingin menceritakan kemesraan Van Bolon dengan sang istri, di ceritakan justru
seperti opini mengenai bagaimana seharusnya sepasang kekasih mengenal lebih
dekat satu sama lain sebelum menikah.
Selain
itu, novel ini disajikan dengan beberapa sudut pandang, yang membuat pembaca
harus terus menerka sudut pandang siapa yang tengah dipakai.
Setidaknya,
novel ini perlu diapresiasi dengan informasi mengenai cerita beladiri asli
Indonesia selain pencak silat. Melalui buku ini, penulis ingin masyarakat Indonesia,
terutama masyarakat Batak, mengetahui lebih lanjut lagi mengenai mossak.
Tulisan ini di angkat di dalam majalah ULTIMAGZ edisi
Oktober 2017
Terimakasih !